Apakah Anda pernah melihat seorang wanita tua yang berjalan membungkuk? Mungkin wanita itu mengalami osteoporosis, tulang punggungnya semakin membungkuk sehingga tinggi badannya berkurang. Sedikitnya dua dari lima orang di Indonesia beresiko terkena osteoporosis, terutama kaum wanita menurut data Puslitbang Gizi, Depkes RI 2006. Diatas usia 55 tahun peningkatan osteoporosis pada wanita dua kali lebih besar daripada pria. Karena wanita lebih beresiko terkena osteoporosis, sudah seharusnya wanita menjaga kesehatan tulangnya sebelum mencapai massa puncak pembentukan tulang.
Osteoporosis adalah kondisi kehilangan kepadatan tulang secara progresif, sehingga mengakibatkan tulang mudah patah. Secara harafiah dapat diartikan sebagai tulang keropos. Tulang terdiri dari mineral-mineral seperti kalsium dan fosfat, sehingga tulang menjadi keras dan padat. Osteoporosis dapat terjadi apabila tubuh tidak mampu mengatur kandungan mineral dalam tulang sehingga tulang menjadi kurang padat dan lebih rapuh.
Tidak tercapainya massa tulang yang memadai, ketidak- seimbangan pada proses remodelling tulang ataupun penyerapan tulang lebih besar dari pembentukan juga dapat menyebabkan osteoporosis.
Osteoporosis sering disebut sebagai silent disease karena dapat hadir tanpa gejala-gejala atau tanda fisik yang nyata sampai terjadi keropos atau keretakan tulang. Tanda pada tahap parah termasuk keretakan panggul, tulang belakang, pergelangan, nyeri punggung, ataupun kehilangan tinggi badan dalam jangka waktu tertentu. Nyeri yang timbul akibat osteoporosis sering menyebabkan tubuh lebih kaku untuk bergerak, sehingga berdampak negatif terhadap keseimba-
ngan. Hal inilah yang sering menyebakan penderita osteoporosis terjatuh dan bisa menyebabkan patah tulang. Akhirnya, menyebabkan rasa nyeri yang lebih parah karena patah tulang.
Apakah kita salah satu yang beresiko?
Walaupun wanita usia diatas 50 tahun atau lansia beresiko lebih tinggi untuk terkena osteoporosis, wanita muda dan laki-laki mungkin juga terkena. Puncak massa tulang diperoleh pada usia 30 tahun. Sesudah itu, massa tulang akan menurun secara bertahap. Usia menjadi salah satu faktor resiko yang tidak dapat diubah, seiring bertambahnya usia resikonya meningkat. Kerangka tubuh yang ramping atau struktur tulang yang kecil, massa tulang rendah (osteopenia), juga menjadi faktor resiko terjadinya osteoporosis. Keretakan tulang yang disertai trauma tingkat rendah setelah usia 50 tahun juga dapat menimbulkan resiko osteoporosis.
Pada wanita, terdapat juga penurunan massa tulang yang signifikan yaitu ketika menopause. Osteoporosis pascamenopause terjadi karena rendahnya hormon estrogen (hormon utama pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang. Hormon estrogen akan berkurang jumlahnya 2-3 tahun sebelum menopause dan masih berlanjut 3-4 tahun setelah menopause.